Hanya berjarak kurang lebih tiga kilometer dari pusat kota kabupaten
kotabaru menuju ke utara dengan melewati jalan berbukit yang masih banyak
terlihat pepohonan di kanan kirinya, terpampang kokohnya gunung sabatung yang
seakan mengikuti di belakang dan sepasang mata mercu suar peninggalan kolonial
belanda menatap dari kejauhan ta’kala kita sampai di penghujung gunung
manangguk pal dua menandakan hampir memasuki batas dari desa sigam yang kita
tuju.
Terdiri dari empat rukun tetangga (RT) yang mana sebagian besar penduduknya
masih terjalin hubungan keluarga, jadi jangan heran kalau kita ada di daerah
ini seakan berada dalam lingkungan keluarga besar.
Andai mau kita perhatikan dengan seksama hampir di setiap pekarangan
penduduk disini tumbuh tanaman mawar, cempaka, kembang kertas, dilam hingga
kenanga yang menebar bau harum bagi yang melewatinya.oh...tentu saja saya lupa
mengucapkan SELAMAT DATANG DI DESA SIGAM
sebagai sentra pengrajin KEMBANG BARENTENG Kabupaten Kotabaru.
Ingat nama desa sigam orang tentu berpikir akan teringat pula dengan salah
satu kesenian khas kabupaten Kotabaru yaitu JAPIN SIGAM atau juga terpikir dengan
salah satu tempat berziarah di MAKAM RAJA SIGAM .atau sekarang yang
lagi naik daun BATIK MOTIF KEMBANG SIGAM sebagai salah satu pakaian resmi pegawai
negeri sipil setiap hari jum’at di kabupaten ini.
Bertahun tahun tinggal di daerah ini
begitu saya coba tanyakan asal usul tari
japin sigam hampir semua tak ada yang mengetahui apalagi dapat menarikannya .......aneh padahal mereka
asli orang sini.dan tak berbeda pula tentang keberadaan makam raja sigam itu
sendiri mereka berbeda pendapat kecuali saya dapatkan di beberapa reprensi buku buku
di perpustakaan saja.sedih juga rasanya kalau sejarah seperti ini sampai tak
bersambung kegenerasi selanjutnya lebih lagi kalau sampai hilang sma sekali.
Oh..ya.. hampir lupa padahal kita sedang konsentrasi soal sigam sebagai
sentra pengrajin kembang atau dalam bahasa lokal lebih dikenal dengan istilah mencucuk kembang
,
Nah kalu soal yang satu ini silakan tanya dimana saja pengrajin kembang
hampir semua tahu dan bisa menunjukan tempatnya.
Berjejer mulai jalan masuk hingga kedalam menuju pasar kemakmuran dengan sigap
menawarkan kepada siapa saja yang melintas, diiringi seulas senyum manis tentu
saja berharap peruntungan hari ini akan lebih baik. Jangan sangka mereka baru saja menggelar jualannya,
akan tetapi sejak sebelum matahari terbit alias subuh sudah harus bergelut dengan dinginya udara dan setetes rasa kantuk yang masih tersisa.
Para penjaja bunga yang berjualan ini didominasi oleh pengarajin dari sigam dan pal dua gunung
manangguk.
Siapa yang pertama kali mengajarkan menjadi pengarajin kembang ini, sampai
sekarang saya tak dapat mengetahuinya meski sudah bolak balik dan tak bosan
bertanya baik kepada yang masih menggelutinya ataupun yang sudah pensiun alias
yang paling tua, tapi kalau di tanya dari daerah mana asal pengrajin kembang di
kota ini mereka sepakat menjawab desa
sigam lah cikal bakalnya.
Ingat desa sigam ...ingat pula kembang sigam
Silakan coba datang saja kedesa ku kalau ingin mandi kembang atau bergelut
dengan harumnya aroma yang segar memanjakan hidung anda.
SIGAM
adalah desa kembang ...desa yang penuh keharuman dan menyajikan keramah
tamahan.